Pulanglah, masih ada hari esok yang lebih baik untukmu ……….!”.
Jambatan ditengah sebuah kota metropolitan yang indah dengan kesibukan kota , aku terlihat seorang pemuda yang termenung sambil memandang derasnya aliran air sungai yang laju arus yang mengalir. Matanya hanya menatap kosong , tidak tahu pikirannya entah kemana saat itu.
Mungkin….pemuda itu sedang dirundung kesedihan yang terlalu mendalam. Jiwa ku bagai meronta untuk aku mendekatinya..Aku cuba menghampirinya dengan menghulurkan salam tanda siratulrahim tidak terbatas, kerana kita sesama islam. Ku cuba mulakan perbualan ku satu persatu agar pemuda itu sudi menceritakan apa yang kusut di mindanya... “Istriku baru meninggal dunia tiga hari lepas , jiwanku terasa hampa kini, hidupku tak ubahnya bagai mayat yang bernyawa.” Jelas pemuda itu dengan nada yang sayu memecah kesunyian di bawah jambatan kongkrit.. Sedang dia duduk dan menggengam sebatang buluh , tepat pandangannya menjauh bagai memikirkan sesuatu, ia seperti sedang memancing di arus yang deras, sungai yang dihubungkan oleh jembatan tempat kami berada.
Matahari seakan tegak lurus diatas kepala, jam di tanganku menunjukkan tepat pukul 1 tengahari, namun teriknya tidak terasa karena bayu diangin lalu menyapa kami mungkin terlindung dari tersergam indah jambatan kongkrit lalu mulutku terus bertanya pada pemuda itu.. “ apa yang sedang engkau pikirkan wahai anak muda ? “ , pemuda itu membisu tanpa berbicara dengan pandangan tetap pada buluh yang di gengamnya sesekali di benamnya buluh itu di tebing berlumpur, tanpa menoleh sedikitpun. Lalu aku itu tersenyum kecil, “ Seandainya malaikat maut datang menyapamu , apakah engkau masih diam anak muda ? “ suara aku ketika itu terdengar agak nyaring.
Lama senyap ……… “ Seandainya ada malaikat maut yang datang menyapaku , aku akan mengatakan agar ia segera mengambil nyawaku !” tiba-tiba pemuda itu bersuara memecah keheningan diantara kami berdua. “ Seperti engkau tahu akan terjadi salah satu peristiwa penyudah kehidupan ini , orang yang mengakhiri hidup disungai ini…..!” berkata pemuda itu dengan jiwa yang kesal “ apa masalahmu anak muda ? “.Tanyaku dengan penuh keperihatinan, “ Siapa yang mampu hidup manakala orang yang dicintai dan dikasihinya telah tiada ! “ lalu pemuda itu meneruskan “ Istriku telah pergi buat selama-lamanya tiga hari yang lalu , ia menderita sakit kuat , sedangkan aku tak mampu berbuat apa-apa untuk mengubatinya …..” , suara sayunya cukup menyayat hati seiring lenangan air menitis dari matanya.
Aku berkata padanya “Wahai anak muda aku turut berduka cita , anak muda , hidup memang penuh misteri dan misteri itu hanya milik Tuhan ! kita selalu mengetahui misteri itu apabila waktu sudah di tentukan untuk bercerita pada kita….” , kemudian aku meneruskan lagi percakapanku “ Apa yang engkau alami , sudah pernah kurasakan , mungkin selama ini aku adalah salah seorang seperti kamu juga, aku yang pernah putus asa dan termenung dijambatan seperti ini, bahkan hampir mengakhiri hidupku dibawah sana….”.
Pemuda itu menghampiri ku dan duduk di sisi kananku. “ lalu ? “ pemuda itu mulai berbicara pada nada sayu bagai ingin tahu. Tanpa menoleh aku kembali bercerita , seolah – olah mataku merenung jauh ,seluruh memory hidupku bagai di putar semula umpama di pawagam terbentang skrin luas, mengingatkan kenangan yang mungkin dirasakan pahit bagiku. “ aku sudah menikah sebanyak tiga kali , istriku yang pertama adalah seorang yang kaya raya, seorang wanita bekerjaya mempunyai perniagaan sendiri walaupun masih dalam usia yang muda.
Setelah kami menikah, kami selalu berhadapan dengan kesibukan mengejar harta, usaha dan perniagaan kami maju dengan pesatnya, kami sungguh sangat berbahagia ….namun sungguh tak diduga…..rumah kami masuki perompak , istriku meninggal ketika ia ingin mempertahankan hartanya dan dirinya sedangkan aku tak mampu berbuat apa – apa karena sebatang besi telah menghilangkan kesadaranku ketika perompak itu menghayunkan sebatang besi ke kepalaku, kelam seketika kurasakan pandangan mataku hanya ku terdengar jeritan isteriku meminta tolong akibat di perkosa oleh manusia yang tidak berhati manusia ……jeritan semakin menjauh dan menjauh lalu lenyap dalam kalimah Ya..Allah! , rumahku dibakar oleh perompak itu , Syukur aku diselamatkan oleh jiran tetanggaku namun sayang ….istriku telah pergi mengadap ilahi buat selama-lamanya itulah peristiwa ngeri dalam hidupku”,
Senyap suasana sejenak lalu aku menyambung kembali “ hati aku hancur ….rasanya tiada artinya hidup ini lagi , aku ke jembatan ini , aku ingin bunuh diri……!, namun gagal …aku diselamatkan oleh seorang wanita miskin ketika aku ingin meloncat dari jembatan ini, lalu aku jatuh sakit ….. aku dirawat oleh wanita miskin itu disebuah rumah yang lebih layak dihuni oleh haiwan, tak lama kesehatanku mulai baik, lalu aku memutuskan untuk menikahi wanita miskin itu, walaupun hidup susah namun ada kebahagian diantara kami berdua , baru tiga bulan kami mendirikan rumahtangga , ia jatuh sakit …..dan akhirnya meninggal dunia ….aku tak dapat berbuat apa-apa …karena tak mampu untuk membiayai perubatannya….” Berhenti sejenak lalu aku menarik nafas panjang. “ engkau tahu anak muda bagaimana rasanya kehancuran untuk kedua kalinya ? sakitnya tak dapat kuungkapkan padamu , rasanya nyawakupun sudah tak berada ditempatnya, sama seperti jawapanmu tadi ketika aku pertama kali bertanya padamu , Wahai..anak muda !”. “ Aku tahu bagaimana perasaanmu , Ya Allah !” pemuda itu mencelah dengan nada yang sebak lagi bertakung air di kelopak matanya.
Aku kembali berkata , “ Aku kembali kemari , ke jembatan sepi ini, dan kali ini sudah bulat dalam tekadku untuk mengakhiri semua kekesalan yang mengikutiku, tapi…..aku gagal lagi….ada seorang janda yang menggagalkan niatku , wanita itu adalah wanita yang kutinggalkan ketika aku telah memilih wanita kaya untuk menjadi istriku pada masa dulu, dulu pada mulanya lama kami bercinta hingga akhirnya kutinggalkan ia demi mengejar menteri….” . “ Suaminya menceraikannya karena ia tidak dapat melahirkan keturunan zuriat bagi mereka, wanita itu ikhlas lalu aku berkahwin dengannya kerana keiklasan hatinya kerana Allah……kami mengharungai hidup berumahtangga dalam suasana yang sangat sederhana, kami sangat berbahagia , ia mengajarkan arti sebuah keikhlasan yang sangat dalam maknanya padaku …..” .
“ Akhirnya kamu bahagia dan beruntungkan!”, pemuda itu mencelah berkata dengan mantap. “ Tidak ……istriku yang ketiga inipun meninggal ketika hendak melahirkan anak kami yang pertama , anak yang sangat didambakan oleh pasanga itulah penyambung warisan , betapa hancurnya hatiku, wahai... anak muda..., apalagi ketika anakku itupun juga seakan tak ingin berpisah dengan ibunya ke alam baqa……..kini aku hanya sebatang kara…..tapi aku ikhlas …..Tuhan selalu memberikan jawapan apabila kita sudah di tentukan dengan takdir dan waktu, jangan pernah putus asa anak muda , sesungguhnya semalang apapun dirimu sebenarnya engkau masih beruntung karena mungkin ada yang lebih malang darimu.”
Aku menoleh pada pemuda itu dan menepuk bahunya, sambil ku tatap matanya penuh keiklasan setiap bibit bicara ku lontar dari hati ke hati buatnya , “ Apapun yang telah digariskan Tuhan padamu, yakinlah itu lebih baik dari pada apa yang ingin engkau gariskan buat dirimu sendiri, anak muda !, dan satu lagi pesanku, kebahagiaan bukan karena banyak atau sedikitnya harta yang engkau miliki tapi bagaimana caranya kamu mampu mensyukurinya karena disitulah letak kebahagiaan itu ! “. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya lalu aku berkata dengan nada penuh kesayuan “ Pulanglah, masih ada hari esok yang lebih baik untukmu ……….!”.
0 Rakyat Bersuara:
Post a Comment